Fathimah Az-Zahra(Putri Kesayangan Rasulullah SAW)
Fathimah Az-Zahra`adalah putri keempat
pasangan Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra. Beliau Julukan antara lain az-zahra`,ash-shiddiiqah, ath-thaahirah, al-mubaarakah, az-zakiah, ar-radhiah, al-mardhiah, al-muhaddatsah danal-batuul.Mayoritas sejarawan
Syi’ah dan Ahlussunnah menetapkan bahwa ia lahir di Makkah pada tanggal 20
Jumadits Tsani 5 H.. Akan tetapi, sebagian yang lain menyatakan bahwa hal itu
jatuh pada tahun 3 H, dan kelompok ketiga menetapkannya pada tahun 2 H. Salah
seorang sejarawan dan ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa
kelahirannya jatuh pada tahun 1 H.
Jelas bahwa usaha memperjelas hari kelahiran
tokoh-tokoh besar sejarah meskipun dari sudut pandang historis dan riset ilmiah
memiliki nilai yang besar, akan tetapi, dari sisi mengenal peran mereka dalam
sejarah, hal itu tidak begitu urgen. Yang penting adalah mengetahui peran
mereka dalam membentuk masa depan manusia dan sejarah.
Fathimah dididik di rumah ayahnya, sebuah
rumah kenabian dan tempat turunnya wahyu. Rumah tempat kelahiran kelompok
pertama yang beriman kepada keesaan Allah dan dengan tegar memegang iman
mereka. Rumah itu adalah satu-satunya rumah dari sekian banyak rumah di jazirah
Arab yang dari dalamnya berkumandang suara ‘Allahu Akbar’, dan Fathimah adalah satu-satunya anak wanita
yang mengalami kehangatan semacam itu. Ia berada di rumah itu sendirian dan
masa kecilnya ia lalui dengan segala kesendirian. Dua saudarinya, Ruqaiyah dan Ummi
Kultsum lebih besar beberapa tahun dari dirinya. Mungkin salah
satu rahasia kesendiriannya adalah supaya ia dapat memfokuskan diri terhadap
penggemblengan raga dan jiwa.
Setelah menikah dengan Amirul Mukminin Ali
bin abithalib kw., ia dikenal sebagai seorang wanita figur di sepanjang
sejarah. Dalam kehidupan berumah tangga ia adalah seorang wanita figur, dan
dalam beribadah kepada Allah ia juga dikenal sebagai wanita teladan. Setelah
selasai dari semua kewajiban sebagai ibu rumah tangga, ia dengan penuh khusyu’ dan
rendah hati beribadah kepada Allah serta berdoa untuk kepentingan orang lain.
Imam Shadiq Ra meriwayatkan dari
kakek-kakeknya bahwa Imam Hasan bin Ali kw berkata: “Di setiap
malam Jumat, ibuku beribadah hingga fajar menyingsing. Ketika ia mengangkat
tangannya untuk berdoa, ia selalu berdoa untuk kepentingan orang, dan ia tidak
pernah berdoa untuk dirinya sendiri. Suatu hari aku bertanya
kepadanya: “Ibu, mengapa Anda tidak pernah berdoa untuk diri Anda
sendiri sebagaimana Anda mendoakan orang lain?” “Tetangga harus
didahulukan, wahai putraku”,jawabnya singkat”.
Zikir-zikir setelah shalat wajib yang sering
dibacanya telah diriwayatkan dalam referensi-referensi Syi’ah dan Ahlussunnah.
Zikir tersebut dikenal dengan sebutan tasbiihaat Fathimah
Sebelum Rasulullah SAW meninggal dunia, segala
kesulitan hidup yang dialaminya sirna dengan melihat wajah berseri sang ayah.
Bertemu dengan sang ayah dapat membasmi semua kepenatan dan menganugerahkan
ketenteraman dan kekuatan baru. Akan tetapi, meninggalnya sang ayah,
terzaliminya sang suami, hilangnya kebenaran dan –-lebih penting dari semua
itu–, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi setelah meninggalnya Rasulullah
SAW dalam waktu yang sangat singkat, sangat menyakiti jiwa dan kemudian raga
Fathimah.Berdasarkan pembuktian sejarah, sebelum sang ayah meninggal dunia, ia
tidak pernah memiliki penyakit raga.
Anda pasti telah mendengar cerita mereka yang
datang ke rumah Fathimah dan ingin membakar rumah dan seluruh isinya. Peristiwa
ini dengan sendirinya sudah cukup sebagai peristiwa yang sangat menyakitkannya.
Apalagi jika ditambah dengan peristiwa-peristiwa lain.
Putri Rasulullah SAW terbaring di atas ranjang
merintih kesakitan. Para wanita Muhajir dan Anshar mengelilinginya.
Ia masih sempat melontarkan ceramah di hadapan mereka. Dan dengan menukil
sebagian kecil dari ceramah tersebut, Anda akan memahami betapa ia mengeluh
terhadap keadaan masyarakat kala itu yang memancing di air keruh untuk
merampas wilayah dari pemiliknya yang sah.
“Demi Allah, jika mereka menyerahkan kepada
Ali segala tugas yang telah ditentukan oleh Rasulullah SAW, ia akan membawa
mereka menuju ke jalan yang lurus dan memberikan hak setiap orang kepadanya.
Oh, kenapa masa ini dipenuhi oleh hal-hal yang aneh dan permainan datang silih
berganti.
Mengapa kaum kalian berbuat demikian? Apa
alasan mereka? Mereka adalah para pencinta yang bohong. Akhirnya mereka akan
merasakan balasannya.
Mereka telah meninggalkan kepala dan memegang
erat ekor. Mereka mencari (baca : mengikuti) orang-orang awam dan enggan
bertanya kepada orang-orang alim. Laknat atas orang-orang bodoh dan lalim yang
menganggap kelalimannya sebagai sebuah kebajikan”.
Pada akhirnya putri Rasulullah SAW itu
mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dan berjumpa dengan Tuhannya. Imam
Ali kw. menguburkan jasadnya pada malam hari sehingga tidak ada kesempatan bagi
Abu Bakar untuk menghadiri penguburannya. Ia meninggal dunia sebagai syahid
yang terzalimi.
Berkenaan dengan tanggal syahadahnya, para
ahli hadis juga berbeda pendapat. Pendapat yang masyhur adalah 13 Jumadil Ula
11 H., dan pendapat lain menyatakannya jatuh pada tanggal 3 Jumadits Tsani 11
H.
Fathimah dari semenjak lahir telah mempelajari
ilmu pengetahuan dari sumber wahyu. Rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang
dimilikinya adalah hasil diktean sang ayah dan ditulis oleh suaminya tercinta,
Imam Ali kw Setelah itu, ia mengumpulkannya dalam bentuk sebuah mushaf yang
akhirnya dikenal dengan nama Mushaf Fathimah
Dengan menjelaskan hukum dan
pengetahuan-pengetahuan Islam, Fathimah telah berhasil memperkenalkan para
wanita pada masa itu dengan kewajiban-kewajiban mereka. Fidhdhah, salah seorang
murid dan hasil didikannya selama dua puluh tahun tidak berbicara kecuali Al
Quran dan jika ia hendak menerangkan sesuatu, ia menjelaskannya dengan membaca
ayat-ayat Al Quran.
Suatu hari seorang wanita menghadap Fathimah
seraya bertanya: “Saya memiliki seorang ibu yang sudah tua dan sering
mengerjakan shalat dengan keliru. Ia menyuruhku untuk bertanya kepada Anda
berkenaan dengan permasalahan tersebut”. Ia pun menjawab pertanyaan
tersebut. Wanita itu mengulangi pertanyaan yang sama sebanyak sepuluh dan ia
pun menjawab setiap pertanyaannya tersebut. Akhirnya, wanita itu merasa malu
dan berkata: “Saya tidak akan mengganggu Anda lagi”. Fathimah
menjawab: “Tidak apa-apa. Datanglah kemari dan tanyakanlah
segala permasalahanmu. Berapa kali pun engkau bertanya, aku tidak akan
marah. Aku pernah mendengar ayahku bersabda: “Pada hari kiamat ulama
pengikut kami akan dibangkitkan dan mereka akan dianugerahi kedudukan yang
tinggi sesuai dengan kadar ilmu yang mereka miliki. Pahala mereka akan
disesuaikan dengan kadar usaha yang telah mereka lakukan dalam memberikan
petunjuk kepada hamba-hamba Allah”.
Fathimah azzahra mengkhususkan sebagian waktu
di malam hari untuk beribadah. Karena lamanya berdiri ketika mengerjakan shalat
malam, akhirnya kakinya membengkak.Hasan Al-Bashri (wafat
110 H.) pernah berkata: “Tidak ada seorang pun dari umat ini dari segi
zuhud, ibadah dan takwa yang melebihi Fathimah a.s.”.
Suatu hari Rasulullah SAW duduk di masjid dan
dikelilingi oleh para sahabat. Tidak lama kemudian seorang tua bangka dengan
pakaian compang-camping datang menghampiri mereka. Usia tua dan kelemahan
badannya telah merenggut segala kekuatan yang dimilikinya. Rasulullah SAW
menghampirinya seraya bertanya tentang keadaannya. Ia menjawab: “Wahai
Rasulullah, aku adalah seorang papa dan lapar, berikanlah aku makanan. Aku
telanjang, berikanlah kepadaku pakaian. Aku hidup menderita, tolonglah aku”.
Rasulullah SAW menjawab: “Aku sekarang tidak memiliki sesuatu (yang
dapat kuberikan kepadamu). Akan tetapi, orang yang menunjukkan kepada suatu
kebaikan, sebenarnya ia juga memiliki saham dalam kebaikan tersebut”.
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW
menyuruhnya untuk pergi ke rumah Fathimah. Ia pergi ke rumahnya dan sesampainya
di sana ia menceritakan segala penderitaannya. Ia menjawab: “Aku pun
sekarang tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu)”. Setelah
berkata demikian, ia melepas kalung yang dihadiahkan oleh putri Hamzah
bin Abdul Muthalib kepadanya dan memberikannya kepada pria tua itu
seraya berkata: “Juallah kalung ini, insya-Allah engkau akan dapat
memenuhi kebutuhanmu”.
Setelah mengambil kalung tersebut pria tua itu
pergi ke masjid. Rasulullah SAW masih duduk bersama para sahabat kala itu. Pria
tua itu berkata: “Wahai Rasulullah, Fathimah memberikan kalung ini kepadaku
untuk dijual demi memenuhi segala kebutuhanku”. Rasulullah terisak menangis.
Amar Yasir berkata: “Wahai Rasulullah, apakah Anda mengizinkan kalung
ini kubeli?” “Siapa yang membelinya, semoga Allah tidak
mengazabnya”, jawab Rasulullah SAW singkat.
Amar Yasir bertanya kepada pria tua itu: “Berapa
kamu mau menjualnya?” “Aku akan menjualnya seharga roti dan daging
yang dapat mengenyangkanku, pakaian yang dapat menutupi badanku dan 10 Dinar
sebagai bekalku pulang menuju rumahku”, jawabnya pendek.
Amar Yasir berkata: “Kubeli kalung ini
dengan harga 20 Dinar emas, makanan, pakaian dan kuda (sebagai tungganganmu
pulang)”. Ia membawa pria tua itu ke rumahnya, lalu diberinya makan,
pakaian, kuda dan 20 Dinar emas yang telah disepakatinya. Setelah mengharumkan
kalung tersebut dengan minyak wangi dan membungkusnya dengan kain, ia berkata
kepada budaknya: “Berikanlah bungkusan ini kepada Rasulullah, dan aku
juga menghadiahkanmu kepada beliau”.
Rasulullah SAW akhirnya menghadiahkan kalung
dan budak tersebut kepada Fathimah azzahra .Fathimah mengambil kalung tersebut
dan berkata kepada budak itu: “Aku bebaskan engkau di jalan Allah”.
Budak itu tersenyum. Fathimah menanyakan mengapa ia tersenyum. Ia
menjawab: “Wahai putri Rasulullah, kalung ini yang membuatku tersenyum.
Ia telah mengenyangkan orang yang kelaparan, memberikan pakaian kepada
orang-orang yang tak berpakaian, menjadikan orang fakir kaya, memberikan
tunggangan kepada orang yang tidak punya tunggangan, membebaskan budak dan
akhirnya ia kembali pemilik aslinya”.
Selama sepuluh tahun Rasulullah SAW memerintah
di Madinah, telah terjadi sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapan
peperangan (ghazwah) dan tiga puluh lima hingga
sembilan puluh sariyah. Ghazwah adalah
sebuah peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, sedangkan sariyah adalah
sebuah peperangan yang tidak langsung dipimpin olehnya. Akan tetapi, ia
mengutus sebuah pasukan yang dipimpin oleh salah seorang sahabat yang telah
ditunjuk olehnya. Kadang-kadang karena jarak yang amat panjang antara Madinah
dan medan perang, mereka harus meninggalkan kota pusat Islam selama kurang
lebih dua atau tiga bulan. Selama hidup berumah tangga dengan Fathimah
Az-Zahra` . , Imam Ali banyak melalui waktu-waktunya di medan jihad
atau di medan tabligh. Selama suaminya tercinta tidak berada di rumah, Fathimah
mengambil alih tugas mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak mereka.
Dan tugas ini dilaksanakannya dengan baik sehingga suaminya sebagai seorang
prajurit Islam dapat menjalankan tugasnya dengan sempurna.
Selama masa-masa genting itu, Fathimah selalu
membantu para keluarga prajurit dan syuhada Islam dan turut menghibur mereka.
Dan kadang-kadang ia juga mengobati luka-luka yang dialami oleh keluarganya.
Pada peristiwa perang Uhud, Fathimah turut
menghadiri peperangan tersebut bersama wanita-wanita yang lain. Di perang ini,
Rasulullah SAW luka parah dan Imam Ali juga mengalami luka yang tidak kalah
parahnya. Fathimah mencuci darah dari wajah sang ayah dan Imam Ali yang
menuangkan air dengan perisainya. Ketika melihat darah di wajahnya tidak
kunjung berhenti mengalir, Fathimah mengambil setangkai pelepah kurma lalu
dibakarnya. Setelah menjadi abu, ia melumurkan abu tersebut di atas luka sang
ayah supaya darahnya berhenti mengalir. Rasulullah SAW dan Imam Ali menyerahkan
pedang mereka kepada Fathimah untuk dicuci.
Di perang ini Hamzah meneguk cawan syahadah.
Setelah perang usai, Shafiah, saudari Hamzah bersama Fathimah duduk bersimpuh
di sisi jenazah Hamzah yang sudah terkoyak-koyak sambil menangis. Rasulullah
SAW juga turut serta menangis seraya berkata kepada Hamzah: “Tidak ada
musibah yang pernah kami alami seperti musibah yang telah menimpamu”. Setelah
itu ia berkata kepada mereka berdua: “Kabar gembira buat kalian. Baru
saja malaikat Jibril membawa berita bahwa di tujuh langit Hamzah sudah dikenal
sebagai singa Allah dan Rasul-Nya”.
Setelah perang Uhud usai, selama Fathimah
hidup ia selalu pergi berziarah ke kuburan syuhada Uhud setiap hari sebanyak
dua atau tiga kali.
Di perang Khandaq, Fathimah mengantarkan
sepotong roti kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya: “Apa
ini?”“Aku memasak roti. Hatiku tidak tenang sebelum mengantarkan roti
ini kepadamu”, jawabnya. “Ini adalah makanan pertama yang kusantap
setelah tiga hari kelaparan”, kata Rasulullah SAW.
Di perang Mu`tah, Ja’far bin Abi
Thalib meneguk cawan syahadah. Rasulullah SAW pergi ke rumahnya
untuk menjenguk keluarganya. Setelah itu, ia pergi ke rumah Fathimah Ia
menangis terisak. Rasulullah SAW bersabda: “Menangislah untuk
orang-orang seperti Ja’far. Sediakanlah makanan untuk keluarganya. Karena
mereka pada hari-hari ini telah lupa kepada diri mereka sendiri”.
Pada peristiwa pembebasan kota Makkah,
Fathimah juga ikut hadir secara aktif. Ummi Hani`, saudari Imam Ali bercerita:
Pada peristiwa pembebasan kota Makkah, aku melindungi dua orang dari kerabat
suamiku yang masih musyrik di rumahku. Dan hingga kini mereka masih berada di
rumahku. Tiba-tiba dengan menunggangi kuda dan berpakaian besi lengkap, Ali kw
tiba di rumahku dan menghampiri mereka. Aku memisah dan berdiri di
tengah-tengah mereka seraya berkata: “Jika engkau ingin membunuh
mereka, engkau harus membunuhku terlebih dahulu”. Ali keluar dari
rumahku. Hampir saja ia membunuh kedua orang tersebut. Aku pergi menemui
Rasulullah SAW di kemahnya yang berada di Bathha`. Tapi aku tidak menjumpainya.
Akhirnya aku melihat Fathimah dan kuceritakan semua yang sudah terjadi.
Ternyata ia lebih tegas dari suaminya. Ia berkata kepadaku dengan penuh
keheranan:“Apakah engkau masih melindungi musyrikin?” Pada saat itu
Rasulullah SAW tiba dan aku memintakan suaka politik darinya untuk mereka. Ia
menyetujuinya. Setelah itu ia menyuruh Fathimah a.s. untuk menyediakan air dan
kemudian ia mandi.
Di bulan Ramadhan 10 H., Imam Ali kw mendapat
perintah dari Rasulullah SAW untuk bertabligh ke Yaman dengan membawa pasukan
yang berjumlah tiga ratus penunggang kuda. Instruksi tersebut dapat ia
laksanakan dengan baik dan banyak sekali penduduk Yaman yang memeluk agama
Islam. Ia menyampaikan segala kegiatannya di Yaman melalui surat. Pada sebuah
kesempatan Rasulullah SAW menjawab bahwa untuk melaksanakan ibadah haji ia
harus secepatnya sampai di Makkah. Dan pembawa surat Rasulullah SAW itu kembali
bersama Imam Ali kw
Di bulan Dzul Qa’dah tahun itu juga Rasulullah
SAW mengumumkan kepada penduduk Madinah dan kabilah-kabilah yang berdekatan
bahwa ia ingin melaksanakan haji. Dengan demikian mereka telah mempersiapkan
diri untuk melakukan kewajiban agung tersebut.
Rasulullah SAW berangkat dari Madinah pada
tanggal 25 Dzul Qa’dah 10 H. dan memulai ihram dari Dzul Hulaifah. Semua
istrinya pada kesempatan ini ikut serta bersamanya.Fathimah juga tidak mau
ketinggalan. Setelah tiga bulan melaksanakan tugas, Imam Ali kw berhasil sampai
di Makkah untuk melaksanakan haji dan melihat istrinya tercinta saat itu juga.
Setelah melaksanakan kewajiban haji yang dikenal dengan haji wada’,
di tengah perjalanan pulang ke Madinah tepatnya di daerah yang bernama Ghadir
Khum Rasulullah SAW memproklamasikan keimamahan Imam Ali atas dasar
perintah Allah. Dengan kehadiran Fathimah di haji wada’, dapat
disimpulkan bahwa ia juga menghadiri pelantikan Ghadir Khum.
Di akhir-akhir umurnya penyakit Rasulullah SAW
bertambah parah. Di sisi sang ayah, Fathimah menatap wajah ayahnya yang
bercahaya dan mengalirkan keringat dingin. Sambil menangis ia menatap ayahnya.
Sang ayah tidak tega melihat putrinya menangis dan gelisah. Akhirnya sang ayah
membisikkan sebuah ucapan di telinganya sehingga ia tenang dan tersenyum.
Senyumnya pada masa-masa krisis seperti itu terlihat sangat aneh. Mereka
bertanya kepadanya: “Rahasia apakah yang telah ia ucapkan?” Ia
hanya menjawab: “Selama ayahku hidup aku akan bungkam seribu bahasa”. Setelah
Rasulullah SAW meninggal dunia, ia membongkar rahasia itu. Fathimah
berkata: “Ayahku mengatakan kepadaku bahwa engkau adalah orang pertama
dari Ahlul Baytku yang akan menyusulku. Oleh karena itu, aku bahagia”.
Pada kesempatan ini kami haturkan
ucapan-ucapan suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Fathimah dan telah
diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahlussunnah. Dengan mengambil ilham dari
ucapan-ucapan suci tersebut diharapkan cahaya hikmah akan terpancar dalam lubuk
kalbu kita dan akan menjadi penerang jalan bagi kita dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
1. Kedudukan Ahlul Bayt di sisi Allah
“Panjatkanlah puja kepada Dzat yang karena
keagungan dan cahaya-Nya seluruh penduduk langit dan bumi mencari perantara
untuk menuju kepada-Nya. Kami adalah perantara-Nya di antara makhluk-Nya, kami
adalah orang-orang keistimewaan-Nya dan tempat menyimpan kesucian-Nya, kami
adalah hujjah-Nya berkenaan dengan rahasia ghaib-Nya, dan kami adalah pewaris
para nabi-Nya”.
2. Segala yang memabukkan adalah haram
Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku: “Wahai kekasih ayahnya,
segala yang memabukkan adalah haram, dan segala yang memabukkan adalah khamar”.
3. Wanita terbaik
“Yang baik bagi wanita, hendaknya ia tidak
melihat laki-laki dan laki-laki tidak melihatnya”.
4. Hasil ibadah yang disertai ikhlas
“Orang yang menghadiahkan kepada Allah
ibadahnya yang murni, maka Ia akan menurunkan kepadanya kemaslahatannya yang
terbaik”.
5. Kemurkaan Fathimah azzahra terhadap
dua khalifah
Ia berkata kepada Khalifah pertama dan
kedua: “Jika aku membacakan hadist dari Rasulullah SAW apakah kalian
akan mengamalkannya?”
“Ya”, jawab mereka singkat.
Ia melanjutkan: “Demi Allah, apakah kalian
tidak pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kerelaan Fathimah adalah
kerelaanku dan kemurkaannya kemurkaanku. Barang siapa mencintai Fathimah
putriku, maka ia telah mencintaiku, barang siapa yang membuatnya rela, maka ia
telah membuatku rela, dan barang siapa membuatnya murka, maka ia telah
membuatku murka”?
“Ya, kami pernah mendengarnya dari Rasulullah
SAW”, jawab
mereka pendek.
“Kujadikan Allah dan malaikat sebagai saksiku
bahwa kalian berdua telah membuatku murka. Jika aku kelak berjumpa dengan
Rasulullah, niscaya aku akan mengadukan kalian kepadanya”, lanjutnya.
6. Umat yang paling buruk
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Umatku yang terburuk adalah mereka yang berlimpahan nikmat,
makan makanan yang berwarna-warni, memakai pakaian yang beraneka ragam dan
mengucapkan segala yang diinginkan”.
7. Kapan seorang wanita lebih kepada
Allah?
Fathimah bercerita: Rasulullah SAW pernah
bertanya kepada para sahabat mengenai wanita apakah dia?
“(Wanita adalah) sebuah rahasia (yang harus
dijaga)”, jawab
mereka pendek.
“Kapankah ia lebih dekat kepada Tuhannya?”, tanya Rasulullah
SAW kembali.
Mereka tidak dapat menjawab. Ketika ia
(Fathimah) mendengar hal itu, spontan ia menjawab: “Ketika ia berada di
dalam rumahnya”.
“Fathimah azzahra adalah penggalan tubuhku”, sabda Rasulullah SAW
menimpali.
8. Buah mengirimkan shalawat kepada
Fathimah azzahra
Fathimah berkata: Rasulullah SAW pernah
berkata kepadaku: “Wahai Fathimah, barang siapa bershalawat kepadamu, maka Allah
akan mengampuni (dosa-dosanya) dan mengumpulkannya denganku di surga”.
9. Ali kw adalah seorang panutan dan
pemimpin
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Barang siapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka Ali
adalah walinya, dan barang siapa yang menganggap aku sebagai imamnya, maka Ali
adalah imamnya”.
10. Hijab Fathimah azzahra
Suatu hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah
Fathimah dengan membawa seorang buta. Ia langsung menutup dirinya dengan hijab
supaya tidak dilihat oleh orang tersebut. Rasulullah SAW langsung
bertanya: “Mengapa engkau menutupi dirimu dengan hijab padahal ia tidak
dapat melihatmu?”
“Jika ia tidak dapat melihatku, aku yang dapat
melihatnya. Ia dapat mencium aroma badanku”, jawabnya.
“Aku bersaksi bahwa engkau adalah pengalan
tubuhku”, jawab
Rasulullah SAW menimpali.
11. Sebuah konsep hidup yang sempurna
Fathimah azzahra berkata: (Pada suatu malam)
Rasulullah SAWW pernah bertamu ke rumahku dan aku sudah naik ke ranjang untuk
tidur malam. Ia berpesan: “Wahai Fathimah, janganlah engkau tidur
kecuali setelah melakukan empat hal: mengkhatamkan Al Quran, menjadikan para
nabi a.s. sebagai pemberi syafaatmu, menjadikan mukminin rela terhadap dirimu
dan melaksanakan haji dan umrah”.
Setelah berkata demikian, ia langsung
melaksanakan shalat. Aku sabar menunggunya hingga ia menyelesaikan shalatnya.
Setelah menyelesaikan shalatnya, aku bertanya: “Wahai Rasulullah,
engkau memerintahkanku untuk melaksanakan empat hal yang tidak mungkin dapat
kukerjakan dalam kondisi seperti ini?”
Ia tersenyum seraya berkata: “Jika engkau
membaca ‘qul huwallaahu ahad’ (maksudnya membaca surah al-ikhlash —
pen.) sebanyak tiga kali, maka kamu telah mengkhatamkan Al Quran, jika
engkau bershalawat kepadaku dan kepada para nabi sebelumku, maka kami akan
memberikan syafaat kepadamu pada hari kiamat, jika engkau beristigfar untuk mukminin,
maka mereka akan rela terhadapmu, dan jika engkau membaca ‘subhaanallaah
wal hamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’ engkau telah
mengerjakan haji dan umrah”.
12.Kerelaan suami
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Celakalah seorang istri yang membuat suaminya marah dan kabar
gembira bagi seorang istri yang suaminya rela terhadapnya”.
13.Manfaat cincin akik
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Barang siapa yang selalu memakai cincin akik, maka ia akan
selalu melihat kebaikan”.
14.Ali kw adalah pemecah problema yang terbaik
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
pernah bercerita: Sekelompok malaikat pernah bertengkar tentang suatu masalah.
Kemudian mereka meminta seorang penengah dari bangsa manusia. Allah mewahyukan
kepada mereka agar memilih siapa yang mereka sukai. Akhirnya mereka memilih Ali
bin Abi Thalib a.s.
15.Wanita penghuni neraka
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bercerita tentang pengalamannya setelah melihat penduduk neraka: “Wahai putriku, wanita
yang digantung dengan rambutnya itu adalah wanita yang tidak menutupi rambutnya
dari pandangan laki-laki, wanita yang digantung dengan lidahnya adalah wanita
yang suka mengganggu suaminya. Adapun wanita yang berkepala babi dan berbadan
keledai adalah wanita yang suka mengadu domba dan pembohong, dan wanita yang
berbadan anjing adalah wanita penyanyi dan penghasut”.
16.Syarat-syarat orang yang berpuasa
“Orang yang sedang menjalankan puasa jika
tidak menjaga mulut, telinga, mata dan seluruh anggota badannya, maka ia tidak
termasuk kategori orang yang berpuasa”.
17.Muslim pertama dan yang paling alim
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Suamimu adalah orang yang paling alim, orang yang pertama masuk
Islam dan orang yang paling penyabar”.
18.Menolong keturunan Rasulullah SAW
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Jika seseorang pernah menolong seorang dari keturunanku dan ia
belum membalasnya, maka aku yang akan membalasnya”.
19.Ali kw dan para pengikutnya
Fathimah azzahra berkata: “Ayahku melihat Ali
kw seraya berkata: “Orang ini dan para pengikutnya adalah penghuni surga”.
20.Para pengikut Ali kw di hari kiamat
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Wahai Abal Hasan, engkau dan para pengikutmu adalah penghuni
surga”.
21.Al Quran dan ‘itrah dalam ucapan Rasulullah
SAW
Fathimah azzahra bercerita: Aku pernah
mendengar ayahku berpesan ketika ia sedang menunggu ajal tiba dan kamarnya
dipenuhi oleh para sahabat: “Wahai manusia, tidak lama lagi aku harus
pergi meninggalkan kalian dan sebelum ini telah kusampaikan sebuah pesan
sebagai hujjah terakhir bagi kalian. Ingatlah baik-baik, aku tinggalkan bagi
kalian kitab Tuhanku dan Ahlul Baytku”. Kemudian mengangkat tangan Ali a.s. seraya
berseru: “Inilah Ali. Ia akan selalu bersama Al Quran dan Al Quran juga
akan selalu bersamanya. Keduanya tidak akan pernah berpisah hingga mereka
datang menghadapku di telaga surga. Oleh karena itu, aku akan menanyakan kalian
bagaimana kalian memperlakukan keduanya”.
22.Mencuci Tangan
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda:“Janganlah menyalahkan kecuali dirinya sendiri orang yang
hendak tidur malam sedangkan tangannya masih berlumuran debu”.
23.Balasan bagi orang yang selalu berwajah
ceria
“Selalu berwajah ceria akan membawa seseorang
masuk surga”.
24.Konsekuensi berumah tangga
“Wahai Rasulullah, tanganku telah mengapal
karena setiap hari aku harus membuat tepung dan membuat adonan roti”.
25.Bahaya kikir
Fathimah azzahra berkata: Rasulullah pernah
berpesan kepadaku: “Jauhilah sifat kikir, karena kikir adalah sebuah penyakit yang
tidak akan menjangkiti orang dermawan. Jauhilah sifat kikir, karena sifat kikir
adalah sebuah pohon di neraka yang ranting-rantingnya menjulur ke dunia. Barang
siapa yang berpegang teguh kepada sebatang rantingnya (di dunia), maka tangkai
tersebut akan menyeretnya ke dalam neraka”.
26.Pahala kedermawanan
Fathimah azzahra berkata: Rasulullah SAW
pernah berpesan kepadaku: “Peganglah sifat kedermawanan, karena sifat
itu adalah sebuah pohon di surga yang ranting-rantingnya menjulang ke bumi.
Barang siapa yang berpegangan dengan sebatang tangkainya (di dunia), maka
tangkai tersebut akan menuntunnya menuju surga”.
27.Pahala mengucapkan salam kepada Rasulullah
SAW dan Fathimah azzahra
Fathimah azzahra berkata: Rasulullah SAW
pernah bersabda kepadaku: “Barang siapa yang mengucapkan salam kepadaku
dan kepadamu selama tiga hari berturut-turut, maka ia berhak mendapatkan
surga”.
28.Senyum yang penuh rahasia
Aisyah bercerita: Ketika Rasulullah SAW sedang
sakit parah, ia memanggil putrinya seraya membisikkan sesuatu di telinganya.
Fathimah menangis. Kemudian ia membisikkan sesuatu untuk kedua kalinya.
Fathimah tersenyum. Setelah itu aku bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia
menjawab: “Tangisku karena Rasulullah SAW memberitahu kepadaku bahwa ia
akan segara meninggal dunia, dan senyumku karena ia memberitahu kepadaku bahwa
aku adalah orang pertama yang akan menyusulnya”.
29.Rasulullah SAW adalah ayah bagi keturunan
Fathimah azzahra
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan setiap keturunan yang
berasal dari seorang ibu sebagai keluarga yang berhubungan nasab langsung
dengannya kecuali keturunan Fathimah. Karena aku adalah wali mereka (dan nasab
mereka menyambung kepadaku)”.
30.Kebahagiaan sejati
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Jibril mewahyukan kepadaku bahwa orang yang sesungguhnya
bahagia adalah orang yang mencintai Ali, baik pada masa hidupku maupun setelah
wafatku”.
31.Rasulullah SAW dan Ahlul Bayt
Fathimah azzahra bercerita: Suatu hari aku
bertamu ke rumah Rasulullah SAW. Ia membentangkan sehelai kain seraya berkata
kepadaku: “Duduklah di atasnya”. Tak lama kemudian
Hasan masuk. Rasulullah SAW berkata kepadanya: “Duduklah bersama
ibumu”. Selang
beberapa waktu Husein masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama mereka
berdua”. Kemudian
Ali masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama mereka”.Setelah itu Rasulullah
SAW melipat kain tersebut sehingga menutupi kami seraya berkata: “Mereka adalah dariku dan
aku dari mereka. Ya Allah, ridhailah mereka sebagaimana aku ridha atas mereka”.
32.Doa Rasulullah SAW ketika masuk dan keluar
dari masjid
Ketika masuk masjid, Rasulullah SAW selalu
membaca doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir
dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatik”, dan ketika keluar dari
masjid, ia membaca doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad
waghfir dzunubii waftah lii abwaba fadhlik”.
33.Keutamaan waktu antara fajar hingga
matahari terbit
Fathimah azzahra bercerita: Suatu pagi
Rasulullah lewat di sampingku ketika aku sedang berbaring hendak tidur pagi. Ia
menggerakkanku dengan kakinya seraya berkata:“Wahai putriku, bangunlah, saksikanlah
rezeki Tuhanmu dan janganlah engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang
lupa. Karena Allah akan membagi rezeki manusia di antara waktu fajar dan
matahari terbit”.
34.Orang sakit berada di bawah lindungan Allah
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Ketika seorang hamba sakit, Allah mewahyukan kepada para
malaikat: “Bebaskanlah dia dari taklif selama ia menjadi tanggungan-Ku. Karena
Akulah yang menahannya (dengan jalan menyakitkannya) sehingga Aku mencabut
nyawanya atau menyembuhkannya”. Ayahku sering berkata: “Allah mewahyukan kepada
para malaikat: “Tulislah bagi hamba-Ku ini sebanyak pahala amalan yang
dikerjakannya pada waktu ia sehat”.
35.Menghormati orang lain
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Orang yang baik di antara kalian adalah orang yang paling luwes
bergaul dengan orang-orang sekitarnya dan yang paling pengertian terhadap
istrinya”.
36.Pahala membebaskan budak
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAWW bersabda: “Barang siapa yang membebaskan seorang budak mukmin, maka ia
akan terbebaskan dari api neraka”.
37.Waktu terkabulnya doa
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Pada hari Jumat terdapat sebuah waktu yang jika seorang hamba
berdoa demi kebaikan di dalamnya, niscaya Allah akan mengabulkannya. (Waktu
itu) adalah menjelang matahari terbenam”.
38.Meremehkan shalat
Fathimah azzahra berkata: Aku pernah bertanya
kepada ayahku berkenaan dengan orang yang meremehkan shalat, baik laki-laki
maupun wanita. Ia bersabda: “Barang siapa yang meremehkan shalat, baik
laki-laki maupun wanita, Allah akan menimpakan atasnya lima belas macam bala:
1. Allah akan menghilangkan berkah
dari umurnya.
2. Allah akan menghilangkan berkah
dari rezekinya.
3. Allah akan memusnahkan tanda-tanda
orang saleh dari wajahnya.
4. Setiap amalan yang diamalkannya
tidak akan diberi pahala.
5. Doanya tidak akan naik ke langit
(baca : tidak dikabulkan).
6. Doa orang-orang saleh tidak akan
meliputinya.
7. Ia akan meninggal dunia terhina.
8. Ia akan meninggal dunia kelaparan.
9. Ia akan meninggal dunia kehausan.
Seandainya ia minum seluruh air sungai yang berada di dunia ini, niscaya
dahaganya tidak akan sirna.
10. Allah akan mengutus malaikat yang
siap menakut-nakutinya di dalam kubur.
11. Kuburannya akan terasa sempit dan
hanya kegelapan yang akan menyelimutinya.
Allah akan mengutus malaikat yang akan
menyeretnya dalam keadaan tengkurap dengan disaksikan oleh para makhluk (yang
lain).
13. Ia akan dihisab dengan hisab yang
berat.
14. Allah tidak akan sudi melihat
wajahnya (baca : berpaling darinya), dan
15. Allah tidak akan menyucikannya,
dan baginya siksaan yang pedih”.
39.Kekalahan para zalim
Fathimah azzahra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Jika dua pasukan yang zalim saling berperang, Allah akan
membiarkan mereka dan tidak penting bagi-Nya pasukan mana yang akan menang. Dan
jika dua pasukan zalim saling berperang, maka kekalahan akan dialami oleh
pasukan yang terzalim”.
40.Cuplikan khotbah Fathimah a.s.
Fathimah azzahra pernah melantunkan sebuah
khotbah terkenalnya di masjid yang cuplikannya adalah sebagai berikut: “Allah
menciptakan iman demi menyucikan kalian dari kemusyrikan, mewajibkan shalat
demi membersihkan kalian dari sifat congkak, mewajibkan zakat demi menyucikan
jiwa dan menambah rezeki, mewajibkan puasa demi memperkokoh ikhlas (dalam jiwa
kalian), mewajibkan haji demi memperkokoh agama, menganjurkan (bertindak) adil
demi mematri kalbu, mewajibkan taat kepada kami demi teraturnya masyarakat,
memproklamirkan keimamahan kami demi menjaga umat dari berpecah-belah,
mewajibkan jihad demi memuliakan Islam, menganjurkan kesabaran demi membantu
mendapatkan pahala, mewajibkan amar ma’ruf demi menjaga kemaslahatan umum,
memerintahkan berbuat baik kepada orang tua demi menghindari kemurkaan-Nya,
menganjurkan silaturahmi demi memperbanyak jumlah saudara, mewajibkan qishash
demi menjaga pertumpahan darah, mewajibkan melaksanakan nazar demi memperoleh
pengampunan, mewajibkan menyempurnakan timbangan demi mengikis habis sifat
curang dalam jual beli, melarang meminum khamar demi membersihkan (umat) dari
kekotoran (jiwa), melarang menuduh (orang lain) demi menghindarkan dari laknat,
melarang mencuri demi mewujudkan harga diri, mengharamkan kemusyrikan demi
terwujudnya ikhlas (dan pengakuan) terhadap ketuhanan-Nya. Oleh karena itu,
bertakwalah kepada Allah dengan sesungguhnya, janganlah kalian mati kecuali
dalam keadaan muslim dan taatilah Dia sesuai dengan perintah dan larangan-Nya,
karena hanya orang-orang zalim yang akan takut kepada-Nya”.
Mengenang
Sayyidah Fatimah Azzahra
Sejarah adalah rangkaian
masa lalu yang teruntai sebagai cerminan masa kini dan esok. Membaca sejarah
dan riwayat hidup para tokoh,orang besar, nabi, serta manusia-manusia suci,
tidak sekedar menghafalkan kisah-kisah mengagumkan dan kejadian luar biasa didalamnya
untuk diceritakan. Membaca riwayat sejarah, lebih jauh merenungkan dan
memikirkannya serta mengkaji kehidupan mereka dengan teliti agar dapat
memperoleh pelajaran-pelajaran kehidupan, mengetahui kunci-kunci taufik dan
rahasia keagungan, sehingga dapat mengambil hikmah serta kita teladani
jejaknya. Terkhusus tentang Sayyidah Fatimah Azahra, beliau memiliki
keutaman-keutamaan dalam kehidupannya hingga penting untuk senantiasa kita
pelajari bagaimana pribadi perempuan agung ini. Sayyidah Fatimah Azzara adalah
teladan perempuan muslimah, ia hidup dalam naungan ayahandanya yang suci dan
tumbuh dibawah asuhan sang pembawa wahyu Allah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau
secara langsung mendapatkan pendidikan islam yang murni dari Nabi sendiri,
hingga terpancarlah pribadi mulia dalam dirinya.
Pernikahan Fatimah
Setelah Fatimah mencapai usia dewasa dan
tiba pula saatnya untuk beranjak pindah ke rumah suaminya (menikah), banyak
dari sahabat-sahabat yang berupaya meminangnya. Di antara mereka adalah Abu
Bakar dan Umar. Rasulullah saw menolak semua pinangan mereka. Kepada mereka
beliau mengatakan, “Saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya
(Fatimah).”[Tadzkirah Al-Khawash, hal.306]
Kemudian, Jibril as datang untuk mengabarkan
kepada Rasulullah saw, bahwa Allah telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Ali
Thalib. Tak lama setelah itu, Ali datang menghadap Rasulullah dengan perasaan
malu menyelimuti wajahnya untuk meminang Fatimah. Sang ayah pun menghampiri
putri tercintanya untuk meminta pendapatnya seraya menyatakan, “Wahai
Fatimah, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang telah kau kenali kekerabatan,
keutamaan, dan keimanannya. Sesungguhnya aku telah memohonkan pada Tuhanku agar
menjodohkan engkau dengan sebaik-baik mahkluk-Nya dan seorang pecinta
sejati-Nya. Ia telah datang menyampaikan pinangannya atasmu, bagaimana
pendapatmu atas pinangan ini?” Fatimah diam, lalu Rasulullah pun
mengangkat suaranya seraya bertakbir, “Allahu Akbar! Diamnya adalah
tanda kerelaannya.”[Dzkha’irAl-Ukba, hal. 29]
Rasulullah saw kembali
menemui Ali kw sambil mengangkat tangan sang menantu seraya berkata, “Bangunlah!
‘Bismillah, bi barakatillah, masya’ Allah la quwwata illa billah, tawakkaltu
‘alallah.”
Kemudian, Nabi saw
menuntun Ali dan mendudukkannya di samping Fatimah. Beliau berdoa, “Ya
Allah, sesungguhnya keduanya adalah makhluk-Mu yang paling aku cintai, maka
cintailah keduanya, berkahilah keturunannya, dan peliharalah keduanya.
Sesungguhnya aku menjaga mereka berdua dan keturunannya dari setan yang
terkutuk.” Rasulullah mencium keduanya sebagai tanda ungkapan selamat
berbahagia. Kepada Ali, beliau berkata, “Wahai Ali, sebaik-baik istri
adalah istrimu.”
Dan kepada Fatimah, beliau menyatakan, “Wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah suamimu.”
Dan kepada Fatimah, beliau menyatakan, “Wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah suamimu.”
Acara pernikahan itu berlangsung dengan
kesederhanaan. Saat itu, Ali tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan sebagai
mahar kepada sang istri selain pedang dan perisainya. Untuk menutupi keperluan
mahar itu, ia bermaksud menjual pedangnya. Tetapi Rasulullah saw mencegahnya,
karena Islam memerlukan pedang itu, dan setuju apabila Ali menjual perisainya.
Keluarga Teladan
Setelah menjual perisai,
Ali menyerahkan uangnya kepada Rasulullah saw. Dengan uang tersebut beliau
menyuruh Ali untuk membeli minyak wangi dan perabot rumah tangga yang sederhana
guna memenuhi kebutuhan keluarga yang baru ini. Kehidupan mereka sangat
bersahaja. Rumah mereka hanya memiliki satu kamar, letaknya di samping masjid
Nabi saw. Mereka menemukan saat-saat indah bukan dalam kemewahan dan rumah
tangga yang gemerlap, tapi pada waktu bersujud dan isak tangis dihadapan Yang
Mahakuasa. Rasulullah saw membimbing keluarga muda ini dengan penuh perhatian.
Pada suatu hari Nabi saw
menemukan Fatimah sedang menggiling tepung. Ia memakai pakaian dari kulit unta,
nabi menangis dan ia berkata,“Wahai Fatimah, kau teguk kepahitan dunia
ini untuk kebagahiaan di akherat nanti”.Fatimah berkata, “Alhamdulillah
atas segala nikmat-nya dan syukur kepada Allah atas segala anugrah-Nya.” [Tafsir
al-Tsa’labi, Al-Qusyairi, dan al-Dur al-Mantsur]
Kehidupan suami istri
adalah ikatan yang sempurna bagi dua kehidupan manusia untuk menjalin kehidupan
bersama.Kehidupan keluarga dibangun atas dasar kerjasama, tolong menolong,
cinta, dan saling menghormati. Kehidupan Ali dan Fatimah merupakan teladan bagi
kehidupan suami istri yang bahagia. Azzahra senantiasa memberikan semangat
kepada suaminya, membantunya berjihad dan berperang bersama Rasulullah
menegakan kalimat tauhid. Bahkan dalam peperangan, Fatimah sering ikut dan
merawat luka Rasulullah dan suaminya sendiri. Ia menghilangkan sakitnya,
membuang keletihannya, sehingga Ali mengatakan, “ketika aku
memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku” [Al-Khawarizmi,
Al-Manaqib,hal. 256]
Pembicaraan mereka penuh dengan adab dan sopan
santun. “Ya binta Rasulillah”; wahai putri Rasul, adalah panggilan yang biasa
digunakan Imam Ali setiap kali ia menyapa Fatimah. Sementara Sayidah Fatimah
sendiri menyapanya dengan panggilan “Ya Amirul Mukminin” wahai pemimpin kaum
mukmin. Demikianlah kehidupan Imam Ali dan Sayidah Fatimah. Keduanya adalah
teladan bagi kedua pasangan suami-istri, atau pun bagi orang tua terhadap
anak-anaknya.
Buah Hati
Keluarga Azzahra dibangun atas dasar cinta dan
kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya. Pada tahun ke-2 Hijriah, Fatimah
melahirkan putra pertamanya yang oleh Rasulullah saw diberi nama “Hasan”. Rasul
saw sangat gembira sekali atas kelahiran cucunda ini. Beliau pun menyuarakan
azan pada telinga kanan Hasan dan iqamah pada telinga kirinya, kemudian
dihiburnya dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
Setahun kemudian lahirlah Husain. Demikianlah
Allah SWT berkehendak menjadikan keturunan Rasulullah saw dari Fatimah Azzahra.
Rasul mengasuh kedua cucunya dengan penuh kasih dan perhatian. Tentang keduanya
beliau senantiasa mengenalkan mereka sebagai buah hatinya di dunia.
Bila Rasulullah saw keluar rumah, beliau
selalu membawa mereka bersamanya. Beliau pun selalu mendudukkan mereka berdua
di haribaannya dengan penuh kehangatan. Suatu hari Rasul saw lewat di depan
rumah Fatimah as. Tiba-tiba beliau mendengar tangisan Husain. Kemudian Nabi
dengan hati yang pilu dan sedih mengatakan,“Tidakkah kalian tahu bahwa
tangisnya menyedihkanku dan menyakiti hatiku.”
Satu tahun berselang, Fatimah as melahirkan
Zainab. Setelah itu, Ummu Kultsum pun lahir. Sepertinya Rasul saw teringat akan
kedua putrinya Zainab dan Ummu Kultsum ketika menamai kedua putri Fatimah itu
dengan nama-nama tersebut. Dan begitulah Allah SWT menghendaki keturunan Rasul
saw berasal dari putrinya Fatimah Zahra.
Riwayat Keutamaan Azzahra
Muhammad
Al Baqir ibn Ali Assajjad ibn Husain putra
Fatimah mengatakan, “Mengapa Fatimah dinamakan Azzahra?” ia
menjawab,“karena Allah SWT menciptakannya dari cahaya keagungan-Nya, ketika
ia bersinar , ia menerangi langit dan bumi dengan cahayanya, menutupi
pandangan-pandangan para malaikat lalu mereka sujud kepada Allah dan bertanya,
“Tuhan kami dan junjungan kami, cahaya apakah ini? Maka Allah menjawab, ‘ini
adalah cahaya dari cahaya-Ku. Aku tempatkan ia dilangit-Ku dan aku ciptakan dia
dari keagungan-Ku. Aku keluarkan dia dari sulbi seorang Nabi-ku yang Aku
utamakan atas sekalian Nabi.. ” [ Al-Bihar, Jus 43. Hal 12]
Rasulullah saw
mengatakan, “cukuplah bagimu wanita-wanita di seluruh alam dengan
Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid.Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah
binti Muzahim” [Kasyf Al-Ghummah, II, hal. 76]
Aisyah
mengatakan “Belum pernah saya melihat seorang pun yang lebih benar
bicaranya dibandingkan Fatimah, kecuali ayahnya.” [Kasyf Alghummah
II,hal. 8; Dzakha’ir Al-‘Ukba, hal. 44]
Rasulullah
saw mengatakan, “wahai Fatimah, sesungguhnya Allah marah dengan
kemarahanmu dan rida dengan keridaanmu” [Yanabi’ Al-Mawaddah, hal.
99]
Kita
ketahui dengan pasti, Allah tidak akan rida kepada sesuatu yang buruk dan
bertentangan dengan kebenaran.
Rasulullah
saw juga mengatakan “Fatimah adalah bagian dari diriku, barang siapa
membuatnya marah berarti ia membuatku marah.” [Shahih
Al-Bukhari, II, hal.203]
Dapat
kita perhatikan disini bahwa Fatimah juga memiliki akhlak yang agung serta suci
dari dosa, dan kejahatan, karena Nabi sendiri adalah utusan Allah yang suci.
Sebagaimana tentangnya Allah SWT berfirman, “Dan
sungguh engkau (muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang mulia,” [QS.Al-Qalam:4]
dan bahwa ia, “tidak berbicara menurut
hawa nafsunya; ucapannya tidak lain dari wahyu yang diwahyukan,” [QS.Ann-Najm:4]
dengan demikian, tidak mungkin kemarahan dan keridaan Rasulullah saw
bertentangan dengan Fatimah sendiri..
Fatimah
adalah Ahlulbait Nabi, dialah yang disebutkan dalam Al-Quran“sesungguhnya
Allah berkeinginan untuk menghilangkan kotoran dari kamu, hai Ahlulbait, dan
menyucikan kamu sesuci-sucinya” [QS.Al-Ahzab: 33]
Imam Hasan
meriwayatkan, “Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim
daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya
menjadi bengkak.” Imam Hasan juga meriwayatkan:
“Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada
malam Jumat. Beliau meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud hingga subuh.
Aku mendengar beliau AH berdoa untuk kaum mu’minin dan mu’minah dengan menyebut
nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH tidak
berdoa untuk dirinya sendiri. “Ibu,” Aku bertanya kepada beliau “Mengapa
ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang
lain?” Beliau menjawab,” Anakku, (berdoalah)
untuk tetangga-tetanggamu diutamakan dan kemudian barulah dirimu
sendiri.”[Bihar
al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious,
hlm.168-169;Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi
al-Anwar al-Fatimiyyah, Juz 13, hlm.45]
Rasul pernah menyifati
putrinya, Fatimah dengan sabdanya, “Allah telah memenuhi hati dan seluruh
anggota tubuh Fatimah dengan keimanan dan keyakinan.” Kepada putrinya itu,
beliau pernah bersabda, “Fatimah, Allah telah memilihmu dan menghiasimu
dengan makrifat dan pengetahuan. Dia juga telah membersihkanmu dan memuliakanmu
di atas wanita seluruh jagat.“
Kecintaan
Rasulullah SAW kepada Fatimah Zahra merupakan satu hal khusus yang layak untuk
dipelajari dari kehidupan beliau. Di saat bangsa Arab menganggap anak perempuan
sebagai pembawa sial dan kehinaan, Rasul memuliakan dan menghormati putrinya
sedemikian besar. Selain itu, Rasulullah SAW biasa memuji seseorang yang
memiliki keutamaan. Beliau mencintai dan
memuji Fatimah sedemikian, semata-mata karena mengetahui kedudukannya yang
tinggi. Dialah perempuan teladan dalam islam
Pandangan Tentang
Perempuan
Fatimah ditanya tentang
apa yang paling baik untuk perempuan? “yang baik bagi perempuan adalah mereka
tidak memandang laki-laki dan laki-laki tidak memandang mereka” beliau ingin
menegaskan disini pentingnya menjaga hijab dan kesucian diri. Perempuan yang
selalu menjaga harga dirinya dan memelihara kemuliaannya. Ia berhijab dan
keluar dari rumahnya dengan sederhana tanpa berlebihan, menutupi tubuhnya yang
dapat menggoda dan juga perhiasannya dari laki-laki nonmuhrim, tidak memandang
mereka dan mereka tidak memandangnya.
Detik-detik Terakhir kehidupan Fatimah
Kecintaan
Fatimah kepada Tuhan disebut oleh Rasulullah sebagai buah dari keimanannya yang
tulus. Beliau bersabda, “Keimanan kepada Allah telah merasuk ke kalbu
Fatimah sedemikian dalam, sehingga membuatnya tenggelam dalam ibadah dan
melupakan segalanya.” Manusia yang mengenal Tuhannya akan menghiasi
perilaku dan tutur katanya dengan akhlak yang terpuji.
Kasih
sayang dan kelemah-lembutan Fatimah diakui oleh semua orang yang hidup sezaman
dengannya. Dalam sejarah disebutkan bahwa kaum fakir miskin dan mereka yang
memiliki hajat, akan datang ke rumah Fatimah ketika semua jalan yang bisa
diharapkan membantu mengatasi persoalan mereka telah tertutup. Fatimah tidak
pernah menolak permintaan mereka, padahal kehidupannya sendiri serba
berkekurangan.
Poin
penting lain yang dapat dipelajari dari kehidupan dan kepribadian penghulu
wanita sejagat ini adalah sikap tanggap dan peduli yang ditunjukkan beliau
terhadap masalah rumah tangga, pendidikan dan masalah sosial. Banyak yang
berprasangka bahwa keimanan dan penghambaan yang tulus kepada Allah akan
menghalangi orang untuk berkecimpung dalam urusan dunia. Kehidupan Sayyidah
Fatimah Azzahra mengajarkan kepada semua orang akan hal yang berbeda
dengan anggapan itu. Dunia di mata beliau adalah tempat kehidupan, meski
demikian hal itu tidak berarti harus dikesampingkan. Beliau menegaskan bahwa
dunia laksana anak tangga untuk menuju ke puncak kesempurnaan, dengan syarat
hati tidak tertawan oleh tipuannya. Fatimah berkata, “Ya Allah,
perbaikilah duniaku bergantungnya kehidupanku. Perbaikilah kondisi akhiratku,
karena ke sanalah aku akan kembali. Panjangkanlah umurku selagi aku masih bisa
berharap kebaikan dan berkah dari dunia ini…”
Detik-detik
akhir kehidupannya telah tiba. Duka dan derita terasa amat berat untuk dipikul
oleh putri tercinta Nabi ini. Meski demikian, dengan lemah lembut Fatimah
bersimpuh di hadapan Sang Maha Pencipta mengadukan keadaannya. Asma
berkata, “Saya menyaksikan saat itu Fatimah mengangkat tangannya dan
berdoa, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan perantara kemuliaan Nabi dan
kecintaannya kepadaku. Aku memohon kepada-Mu dengan nama Ali dan kesedihannya
atas kepergianku. Aku memohon kepada-Mu dengan perantara Hasan dan Husein serta
derita mereka yang aku rasakan. Aku memohon kepada-Mu atas nama putri-putriku
dan kesedihan mereka. Aku memohon, kasihilah umat ayahku yang berdosa.
Ampunilah dosa-dosa mereka. Masukkanlah mereka ke dalam surga-Mu. Sesungguhnya
Engkau Dzat Yang Maha Pengasih dari semua pengasih.”
Sebelum
ajal datang menjemputnya, Fatimah Azzahra menghadap kiblat setelah sebelumnya
berwudhu. Beliau mengangkat tangan dan berdoa, “Ya Allah, jadikanlah
kematian bagai kekasih yang aku nantikan. Ya Allah, curahkanlah rahmat dan
inayah-Mu kepadaku. Tempatkanlah ruhku di tengah arwah orang-orang yang suci
dan jasadku di sisi jasad-jasad mulia. Ya Allah, masukkanlah amalanku ke dalam
amalan-amalan yang Engkau terima.”
Tak
lama sepeninggal Rasullulah saw, Sayidah Fatimah Azzahra menyusul kehadirat
Ilahi. Tanggal 3 Jumadi Tsani tahun 11 Hijriyyah, Fatimah Zahra putri
kesayangan Nabi menutup mata untuk selamanya. Beliau wafat meninggalkan
pelajaran-pelajaran yang berharga bagi kemanusiaan...
0 Response to "Fathimah Az-Zahra(Putri Kesayangan Rasulullah SAW)"
Post a Comment
Orang yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar walau Kritikan